Masih remang ku tatap bayangmu
Pelupuk basah menggenang setitik cercah
Semburat kelu penuh luka biru
Telah berbaur penat di tubuhmu
Ku tatap lekat-lekat saat kau terlelap
Letih sudah kau gendong deritamu
Mengayuh do'a pada sang pencipta
Pintamu setiap saat ;
Ya illahi rabbi...
Telah kulahirkan harapan dari rahimku
Ku rawat ia seperti bunga-bunga ranum di sepucuk pagi
Ku kasihinya selama sembilan bulan dalam nafasku
Ku gigit perih ini dalam-dalam, ku jerat tangisku kembali
Agar ia bisa melihatku pertama kali dalam rasa haru, harap, dan bahagia
Sempurnalah kiranya hidupku..
Ketika engkau mau memberrikanya rahmah berupa kesehatan dan keselamatan.
Oh anakku.. pelipur luka lara
Pelipur duka dahaga..
Ku ingin mengecupmu selalu
Dalam rinai do'a dan sholatku
Inilah ibumu nak..
Mungkin tak sesempurna ibu-ibu yang pernah kau jumpai, ibu hanya memiliki bedek
Dan kardus sekedar untuk bernaung dari kerasnya kota dan kejamnya peradaban
Ku ajarkan kau untuk menjadi anak-anak yang tegar, tabah, dan ikhlas dalam setiap
Menapaki kerikil dalam hidupmu.
Sabarlah nak..
Suatu hari, jika ibu ini sudah renta dan tak dapat mengecupmu kembali
Ibu mohon..
Tersenyumlah, untuk ibumu yang tua ini, untuk ibumu yang miskin papa ini..
Karena ibu hanya bisa menghadiahi sebungkus cinta untukmu.
teruntuk : pelipur laraku.
Aku tertegun, dan dunia senyap..
By: Baiq Sunyi Ketika Amin
Komentar
Posting Komentar